NAME: Bryan LOCATION: West Djakarta! BIRTHDATE: July 18th SIGN: Cancer ETHNICITY: Batak HEIGHT: 173 cm WEIGHT: 70 kg CONTACT:myranselbaleno@yahoo.com YM: myranselbaleno
...iseng posting cerita saru juga ach! Cilla DILARANG KERAS BACA INI !! *ngakak* (..judulnya Little Angel :: part one)
Sinopsis: Dua puluh dua jam perjalanan darat ke Jakarta menggunakan bus umum bagi Tongat adalah melelahkan, tapi juga bisa berarti sangat menyenangkan jika ia bisa melakukan aktivitas seksual terhadap wanita di sebelahnya yang baru ia kenal.
Gaya penulisan sengaja kutulis ber-aku-kamu karena asalku yang dari Sumatera agak canggung ber-gue-elo. Terakhir, mendengarkan lagu Making Love Out of Nothing at All-nya Air Supply lebih disarankan agar lebih fly. (^_^)v Siap yaa...?
=========================================dimuat di sebuah situs terkenal pd tgl 16 Februari 2002
“Nde, kamputna sada..” pintaku pada Bibi, pemilik sekaligus juga penjual makanan khas Batak. Sebenarnya kambing putih memabukkan ini tidak tepat diteguk setelah my long trip. Namun hari ini… aku mau melepaskan penat dan peningku. Semalam suntuk hanya duduk saja dalam bus memang tidak mengenakkan. Tadi malam aku sama sekali tidak hanya duduk… tapi juga ‘diduduki’. Ya, diduduki seorang dara mungil nan manis. Wangi. Atraktif. Dan pintar bercinta…. Baru saja aku mencarikannya bus tujuan Kp. Rambutan. Membawakan tas oleh-olehnya hingga ke depan pintu. Masih menggenggam tangan mungilnya hingga bus bergerak. Lepas sudah my one-night-standing… Belum hilang lambaian cerianya, membuatku tersenyum mesum. Hehe.. awas, yah… kapan-kapan aku balas!
1997, suatu siang bulan Desember di kota B
Duduk di ruang tunggu penumpang bis antarkota , aku masih bersabar menanti…. (Kemana gerangan bis yang akan mengangkutku ke Jakarta?) Guess-ala-Indonesia-ku sudah menunjukkan pukul 10 lebih. Beginilah pelayanan trasportasi darat di propinsi ke-26 ini, seenak perutnya saja memainkan perasaan orang. Mungkin karena mereka tahu pasti kalau para calon penumpang tak punya alternatif yang banyak saat akan membeli tiket bis. Sekitar tujuh perusahaan bis partikelir dan satu bus Damri yang melayani rute-rute kurus dalam dan antarpropinsi dari kota ini.
Kusapu pandangan ke sekeliling ruang yang mungkin telah penuh dengan hawa resah dan marah. Penumpang sudah duduk tak beraturan mencari posisi yang nyaman sambil menggumam tak jelas. Para urban yang akan memadati ibukota ini bisa jadi sudah kelaparan seperti aku….Aku? Yah memang salahku tidak menghabiskan nasi goreng tadi pagi. Meski Mama sudah melotot melihat nasi-nasi yang menangis di piringku namun tetap saja aku buru-buru bergegas. Aku tadinya berlibur, pulang ke pangkuan Dad n Mom, di kota dengan garis pantai terpanjang se-Indonesia ini. Bayangkan, dua belas kilometer tanpa putus. Promosi nih, Pantai Panjang namanya. Sekarang malah jadi merek rokok! In English, ofcourse.
[Hey, ada penumpang cewe yang cakep ngga?]
Ohya, sampai kelupaan…mata elangku sudah lelah meng-scan satu persatu karena hampir dua jam di sini tak ada mahluk yang layak disergap! He,he,he…kebanyakan pria dan ibu-ibu yang tidak masuk DOP (daftar orang dalam ‘pencarian’). My type? Kulit putih dengan tinggi menjulang dan bokong yang membulat! MEMBULAT saudara-saudara se-tanah-XxX(Edited) ku!!!
Tak lama kemudian Mercedes Benz tua itu sudah memasuki pelataran parkir depan. Tanpa mesti dikomando semua serempak mengangkut barang masing-masing untuk kemudian diatur oleh kondektur ke dalam bagasi. Aku pun bergerak bangun dari bangku sambil menyandang kembali ransel, tas Baleno dan Yashica-kamera tempo doeloe warisan My Dad yang setia melayani hobi tuan mudanya ini. Mendekati hiruk-pikuknya suasana bongkar muat….
Ternyata kursi sebelahku kosong sampai kota pemberhentian pertama nanti. Aku tahu itu dari daftar absensi milik kondektur dan kuharap pengisinya nanti berhasil membuatku ‘terjaga’ semalam suntuk. Duapuluh dua jam perjalanan (normal) menuju Jakarta pastinya akan membosankan tanpa ‘teman’. He,he,he….[ketawa terkekeh-kekeh dengan nada jahat]
(Deleted)
...Say ‘welcome back’ to me, Jakarta!!!
***
Dengan kepala bersandar pada jendela kanan bus, aku mulai jurus penghilang sukma…. Mencoba untuk membunuh waktu satu-dua jam dengan tidur…(-__-)..zzZ
***
“Hay, ini tas kamu yah?” suara lirih nan empuk itu memaksa aku menggeliat bangun.
Setelah nyawaku menyatu kembali baru aku menjawab setengah terpaksa, “Eh, sorry…. Kamu duduk di sini ya?” Tasku lalu kupindahkan ke lantai (sengaja engga di bagasi atas karena takut kalau-kalau nanti busnya membelok tajam…bisa-bisa ketimpa dong nih penumpang manis di sampingku ini. Mengutip kata-kata Jay ‘Kan gentle…’ Wah, apa kabar Jay? Masih tour de Java?)
Kupalingkan wajah mirip bantal kusut ini [‘kan abis bbs…bobo siang!] ke luar jendela. Ternyata udah sampai di kota M. Artinya aku udah dua jam lebih aku tidur. Pantas saja…perutku kaya’nya lagi bisik-bisik mo bikin kudeta kali di bawah sana….
“Krruu..ukk” tiba-tiba saja ada yg ga kompak nih cacingnya [sebenernya itu bunyi apa sih, DocFran? / Lho ini kan setori…dilarang konsul!! / He-he..]
Sial. Umpatku malu dalam hati, tentu. Mana ada cewe lagi di samping….
“Eh, perut kamu lucu deh suaranya,” si mungil menyela suara fals barusan.
Iya lho imut banget, setelah aku perhatiin dengan penuh seksama, anaknya pendek bro… (‘n sista too) sekitar 150 cm dengan rambut sebahu, kulit sawo matang dan toket membumi alias menyembul agak sembunyi alias (lagi) kecil sekali size-nya. Mungkin ‘A’ ya? Engga tahu deh, aku bukan pedagang beha di Tanah Abang, sih. Hihihi. Wajahnya sih melayu banget, tahu kan…mata egga besar juga engga sipit, sedang-sedang aja. Begitu juga hidungnya. Standar. Tapi yang kuperhatikan pertama kali dari cewe adalah kuku tangannya. Kalau yang luar aja terawat pastilah nun di bawah sana juga begitu. Kukunya yang panjang rapi nan mengkilat bertanda dia sehat dan sangat memperhatikan kecantikan. [Bener ngga nih, DocFran?^_~] Jari-jarinya yang kecil dan lentik itu makin menambah gairahku.
“Apaa..sich?!?! Koq, ngelihatinnya gitu banget!” cetusnya kesal, mungkin karena aku engga nyimak apa yang dia bilang barusan.
“Astaga… kena deh aku!” ucapku dalam hati. Seraya menatap lurus-lurus kedua bola mata nan bening itu, “Aku mabuk dan kalau aku mabuk aku jadi lapar. Baru saja memandang kamu, rasa lapar itu hilang. Engga keberatan ‘kan jika hanya melihatmu saja….” Kuberikan senyum paling lugu yang mampu kudramakan di depannya! He,he,he…. Mabuk, lapar? Darimana kudapatkan kata-kata barusan? Ha,ha,ha…. Entahlah, yang penting dia tidak curiga dan membolehkan khafilah yang kelaparan ini memandang tubuhnya layaknya roti pengganjal perut saja. Di bawah sana, keringat dingin pertanda lapar mulai menetes…. Ironi.
Tiga puluh menit kemudian bis berhenti di rumah makan, pinggiran kota M di kiri jalan raya yang sepi. Kami makan terpisah. Memang kusengaja agar aku bisa mengisi perut sambil menyusun strategi. Menaklukkan hati perempuan mungkin jauh dari perang Bin Laden versus Bush Jr… atau perang XxX(Edited) terhadap para situs plagiat. Toh, persiapan yang baik adalah kunci keberhasilan, begitu kata tentorku di bimbingan belajar UMPTN dulu. Tunggu saat yang tepat, keadaan yang gelap lebih baik. Malam adalah waktu untuk bergerak. Move! Move! Belai, usap, dan kecup….
Kami kemudian makin akrab seperti sahabat yang tengah reuni saja. Dengan manjanya dia minta dibukakan botol Sprite dan bungkusan makanan kecil. Sesekali periku ini seperti sengaja menggeser tubuh atasnya walau hanya mempersempit jarak duduk kami beberapa inchi. Namun dalam otakku hanya strategi dan taktik gerilya malam nanti. Kadang aku membalas candaannya dengan sesekali menepuk pundak atau paha celana jinsnya.
Kami berlomba-lomba menemukan sarang madu lebah yang banyak terdapat di sepanjang tanjakan kawasan hutan lindung ini. Menjelang sore, bus memasuki kawasan Bukit Barisan. Terengah-engah seperti pelari veteran yang dipaksa masuk pelatnas untuk Sea Games. Kadang aku ngeri sendiri (mungkin penumpang yang lain juga) kalau-kalau bus ini tak kuat menanjak lalu merosot… bagaimana tidak, kemiringan tanjakan ini +/- 40 derajat. Dan aku belum merasakan niknak-nya bersenggama, kata temen wanitaku yang baru saja jadi anggota Partai PD (Pernikahan Dini). Ho-ho-ho….
====================
Edited 11/13/01 5:23:04 AM...di sebuah warnet kawasan Tubagus, Bandung....sepi, kelaparan, dan mulai horny