Monday, June 09, 2003

obrolan warung pojok

Malam panas, ga bisa tidur. Kurenggut kretek filter idolaku, turun ke lantai dasar. Warung Uni, warung serba ada di blok rumah susun yg kutinggali tiga tahun ini, terdengar ramai riuh tawa terbahak-bahak.

Ah rupanya masih gerombolan supir-supir angkot muda, anak buah Pak Haji, yg asyik bercanda. Topik obrolan mulai dari nama-nama orang Sunda yg gampang ditebak karena nama depannya selalu mengulang suku kata nama kedua, bagaimana menghitung jumlah orang batak di Jakarta (nah yg ini gw yg jawab dan ternyata benar! hehe..), Pemilu dan soal pemilihan presiden, duit kampanye, kaus partai favorite, duh ada-ada aja deh... sampai goyang Inul. Basi. Hehe.

Adalah Mang Asep, asli Cianjur, yg dituakan mereka, mantan supir angkot yg sekarang 'naik jabatan' jadi supri alias supir pribadi. Istrinya yg jadi TKW di Arab sana minggu depan bakal mudik. Ngga heran dia sumringah dan banyak ngebodor.... Simak aja penuturannya waktu pertama kali membesuk bini nya di tempat penampungan sebelum diterbangkan dr Jakarta. Dia terkaget-kaget waktu ketemu istrinya di tempat pembesukan yg rame bgt. 'Udah mirip penjara deh.' Nggak lama yg dinanti-nanti muncul dan saling melepas rindu. 'Gile makin bening aja dia, beda ma di kampung. Dulu di kampung mukanya butek. Tiga bulan ga ketemu bini, sekalinya ketemu begini bening gimana ga pengen nyium dan mesra-mesraan ma bini?' Untungnya si istri punya kemauan yang sama, mungkin gara-gara melihat tangan si Mang Asep yang kekar kebanyakan banting stir angkot. Lalu muncul ide buat pura-pura ke toilet meskipun mereka berdua ga ada yang sakit perut. 'Ya barang lima menit juga udah rapi lagi' disusul tawa Mang Asep yg berderai. Ealah. Dasar apes atau emang belum nasib baik. Di depan toilet -yang khusus untuk tamu- yang cuma satu-satunya ada di situ... berdiri berpasang-pasang calon TKW dengan sang pacar atau suami. Kasihan Mang Apes... eh Asep.

2:46 PM -
 

Comments: Post a Comment