NAME: Bryan
LOCATION: West Djakarta!
BIRTHDATE: July 18th
SIGN: Cancer
ETHNICITY: Batak
HEIGHT: 173 cm
WEIGHT: 70 kg
CONTACT: myranselbaleno@yahoo.com
YM: myranselbaleno


















powered by FreeFind


Powered by Blogger Pro™
Klik untuk updating blog gw ini Subscribe to receive recently updated my blog.
...for your

side only!!




a painting by Michele Garvert

Wednesday, February 22, 2006

Christie

Stasiun Kota pagi itu sudah mulai ramai dijejali manusia-manusia pekerja. Belum lagi pedagang yang seenaknya berjualan hilir mudik dan berjejalan di dalam dan di luar stasiun. Kereta listrik yang tiba dari Bogor dan Bekasi memang berakhir di stasiun paling tua di Jakarta ini. Sehingga wajar jika kesibukan puncak terjadi pagi hari saat pekerja-pekerja daerah Kota tiba dari titik keberangkatan mereka.
Gw memang sudah lama jatuh cinta dengan arsitektur gedung ini. Suatu hari gw bertekad akan memotret obyek-obyek yang ada di sini.
Gw merogoh hp dan melirik display jamnya, masih pukul 8 pagi. Jadwal pemotretan dengan Christie memang masih 30 menit lagi. Tak mengapalah, sekalian gw mengenal situasi dan sarapan dulu. Setelah singgah di tukang asongan rokok, gw menuju A&W. Usai menyantap ayam goreng, gw memesan kopi. Bukan apa-apa, ini memang kebiasaan pagi gw. Memulai pagi dengan bubuk kopi dalam seduhan air bergula panas....

Iseng-iseng mengelap body Canon EOS 300D, digital SLR punya temen gw Bebun, sekedar membunuh waktu. Setengah melamun gw kembali teringat kebaikan Enri. Mahasiswi master multimedia di Aussie inilah yang memperkenalkan Christie, sahabatnya sejak SMU, kepada gw lewat Y!M. Saat itu gw memang mengeluh, ingin coba memotret model tapi tertunda terus. Gara-garanya saat itu tak ada model yang bikin gw naksir berat. Enri kontan mencetuskan satu nama dan sekaligus memberi url Friendster sohibnya itu. Singkat cerita, sms gw dibalas Christie dan ia bersedia difoto tanpa bayaran atas dasar pertemanan. He, he, he. Sekedar info, Christie memang benar-benar pernah berkarir jadi model sejak tamat SMU. Niconico Intimo mungkin adalah kliennya terbesarnya saat ia jadi model.

Tepat jam 9, sang model akhirnya tiba diantar papanya di resto A&W Stasiun Kota. Lalu ia bergegas menghampiri gw di meja pojok yang sedang menyeruput mug nescafe ketiga.
"Sorry, udah lama ya nunggu? Mobil Papa sedang masuk bengkel. Jadi naik taxi deh, takut kamu kelamaan nunggu."
Wah, dari Bekasi ke kota naik taxi? Duh pasti mahal ya bayarnya. Tapi Christie, kamu kan gak tau... kalo gw juga tadi naik ojek dari Kemanggisan. Malah tukang ojek sempat kena tilang segala oleh polisi brengsek yang ingin sarapan bergizi.

Cewek bertinggi badan 170cm masih berdiri di hadapan gw. Harum tubuhmu, gadis. Tak sadar, gw terlalu lama bersalaman dengan mahluk cantik ini.
Dara berkulit sawo matang ini lalu duduk. Menggeleng saat gw tawari minum, ia segera mengangkat travel bag-nya, "Nih Christie bawa baju ganti sesuai request kamu! Hihih... Yang sexy ada, yang anggun ada, tapi Christie suka model gipsy!"
Wah! Bersemangat sekali dia!

Loket stasiun jadi target pertama. Tidak ada masalah karena sudah sepi, hanya beberapa antrian untuk kereta tujuan kota-kota di Jawa Tengah. Dua lopng shot kuambil di titik ini. Satu permintaan khusus Christie yang sedang memakai rok celana. Meninggalkan kerumunan calon penumpang yang ingin tahu, keheranan petugas loket dan pengemis cilik yang terbengong-bengong, kami pun meniti tangga di samping loket. Kali ini lantai dua gedung jadi incaran gw. Mujur tak dapat diraih, area situ terlarang kecuali petugas. Christie yang cantik masih memanggul sendiri travel bag-nya dan kembali turun tangga tanpa mengeluh sedikitpun. Gw sendiri gak bisa berbuat banyak karena kamera dan ranselku sendiri cukup berat. Beginilah risiko fotografer debutan, hehe. Kelak jika sudah baik dan benar cara memotret gw, mungkin satu orang asisten cukuplah gw gaji untuk mempermudah ruang gerak gw.

Setelah keluar pintu stasiun, kami melintasi selasar yang mengarah pintu kantor petugas. Melihat bentuk pintu dan terali pintu kuno kepunyaan PT KAI itu, gw meminta Christie berhenti. Tampak sekali nona ini cepat tanggap dengan maksud gw. Tiba-tiba ia melepas kurduroi yang dipakainya.... dan kejadian ini hanya berjarak 8-10 meter dari jalanan raya. Pemilik lengan berisi ini tanpa sungkan melepas kurduroi yang membalut pakaian sexy-nya dan berpose di pintu kantor stasiun.
"Wah, kok kesannya aku pamer bisep ya?" mata indahnya terbelalak.

Matahari makin terasa sengatannya, bayang-bayang kami melintasi trotoar depan Museum Bank Mandiri. Tetap saja cewek tangguh ini juga belum mengeluh dengan buntalannya yang cukup berat itu. Menyusuri bangunan2 tua, kami mengincar interior Museum Bank Indonesia. Ah sayang...hari itu ternyata tutup. Christie hanya tertawa-tawa melihat ekspresi gw yang gak enak hati. Hikmah hari itu, pastikan lokasi pemtoretan terbuka pada saat hari H-nya. Beranjak dari Museum BI - foto Anjas dan Abel yang heboh itu pernah digelar di sana - kami ke Kafe Batavia. Sebenarnya ini ide orisinil Christie.

"Bulan Juni nanti aku menikah, Bry."
Betapa bahagianya suamimu nanti, Christie.
"Nama calonku Mike. Emang Amerika beneran, bukan kayak kamu Bryan. Nama impor tapi produk lokal." Christie terkikik sendiri. Gw terbahak. Suara kami dihempas deru angkutan umum yang menuju Terminal Kota Lama.
Beberapa candid shot gw ambil sembari ia tetap menuturkan kisahnya. Posisi gw kadang mendahului, kadang sejajar dengannya. Sungguh, berjalan di atas trotoar yang dipayungi pohon-pohon nan teduh itu amat nikmat.
"Mike cemburuan, ia melarangku merintis karir model. Putus sambung udah gak tau deh...berapa kali." Ia tercenung sendiri, menghentikan cerita.
Cahaya matahari menembus dedaunan, sinarnya jatuh satu-satu membentuk celah
Gw ajukan beberapa pertanyaan tentang perbedaan kultur dan opini pria asing terhadap pacar pribumi layaknya Mike kepadanya.
"Awalnya Mike underestimate. Dia pikir wanita Indonesia gak becus bekerja dan hanya bergantung kepada pria asing dan kaya seperti dia.
Yah, pelan-pelan kubuktikan bahwa cinta sebenarnya itu bukan seperti yang ia sering dengar dan lihat."
Gw meminta Christie setengah duduk dan menengadahkan tangannya kepada arah jatuh cahaya. Senyum khasnya kembali mengembang. Matanya bahagia sekali. Layaknya sedang menerima karunia ilahi.
"Tuhan itu baik ya? Ia memberi Mike. Lelaki dewasa yang memaksaku belajar arti sebuah komitmen."

Di dinding luar sebuah rumah tua, kami kembali berhenti. Gw tersenyum memperhatikan akar-akar gantung pepohonan yang menjalar di salh satu cekukan pojok dindingnya. Christie sumringah, "Di sini?"
Sempat ambil close up dan medium shot di pojok yang bau pesing! Perempuan yang bakal manten ini benar2 profesional! Meski tak terucap, tapi gw tau dia pun mencium bau tak sedap yang sama. Gw pun gak ragu kalo cewek berwajah eksotik dan mantan wajah Sari Ayu 1998 ini masih menyisakan sikap profesional.
"Ah, tapi kalau waktu bisa diulang, aku kok gak pengen ya, berkarir jadi model." Christie bertutur pendek tanpa alasan lebih jelas.

Pukul 11 siang kurang sedikit, akhirnya Kafe Batavia yang berseberangan dengan Museum Fatahillah ini ada di depan mata kami. Ini merupakan kunjungan pertama buat gw dan kunjungan ketiga buat Christie.
"Aku bahkan kenal dengan ibu manajer cafe ini, lho!" ada nada bangga terselip di antara kata-katanya.

Kafe ini memang tersohor dan menjadi tujuan utama turis asing baik eropa maupun asia. Hal ini gw buktikan ketika kami pulang nanti. Ramai berdatangan orang-orang India dan Eropa. Bahkan ada di antaranya berkulit pucat dan bermata sipit. Entah Korea atau Jepang, gw gak bisa menebak.

Ruangan kafe kuno ini penuh dengan benda-benda art-deco dan lukisan serta foto dipasang di tiap jengkal dindingnya. Seperangkat alat musik terpajang di sayap kiri ketika kita menginjakkan kaki pertama kali. Ah detilnya gw lupa lagi, tapi Christie sangat terkesan dengan toilet di lantai dasarnya.
"Kamu mesti lihat toiletnya nanti, Bry. Hihih... asal jangan ketauan aja!" senyum jahil Christie mengembang, memamerkan deretan gigi bersihnya.

Pelayan sungguh ramah namun lumayan disiplin layaknya kafe kelas hotel bintang lima saja. Permintaan izin memotret indoor, meski sudah diimbuhi bukan tujuan komersil, ditampik pelayannya. Tanpa nada membantah lagi, kami naik ke lantai dua. Diikuti oleh seorang pelayan pria berjas necis yang menjinjing map menu. Saat menaiki tangga, gw kembali terkagum-kagum dengan koleksi foto-foto lama artis dan bangsawan dunia yang ada di dindingnya. Gw kembali bertanya soal izin kepada pelayan. Sebenarnya kami diperbolehkan mengambil gambar di dalam namun jatahnya hanya tiga kali. Oh, betapa pelitnya mereka terhadap bangsa sendiri. Terbukti ketika kami tiba di lantai dua.... sepasang bule sedang asyik berfoto ria dengan digicam super mininya. Christie sempat kehilangan mood. Malahan ia mengurungkan niat hendak menyewa kafe ini sebagai lokasi resepsi pernikahannya nanti.
"Ah, kenapa mbak manajernya mesti kesiangan datang sih?" ketus Christie

Lelah menapaki trotoar sambil memotret dari Museum BI itu menuntun telunjuk gw ke Lime Squash di deretan menu. Christie menyebutkan satu menu kepada mas pelayan namun asing di telinga gw. Ah, mungkin ia sudah terbiasa karena sering ke kafe ini.
Saat pelayan menuju bar dan menyerahkan menu, muncullah ide kreatif di situasi serba sulit ini. Betapa tidak, latar kafe ini benar-benar membuat jari gw ingin menekan shutter.
Kami memang tak habis akal. Fotografer yang hampir putus asa ditambah model narsis yang penasaran memang pasangan yang sepadan.
"Bajuku ganti jadi sack dress aja ya, biar seksi! Nanti kamu nyusul ke ladies room, ok?" Christie berbisik sebelum beranjak dengan tasnya.
Setelah gw pikir cukup waktu untuk Christie selesai bersolek, gw pun beranjak dari sofa yang empuk. Maka mulailah gw membidik semua pose Christie di toiled kaum hawa itu.

"Bry, kamu tau ga kamu.... kalau Mike tau gw difoto di dlam toilet cewek bareng cowok, bisa-bisa dia ngambeg dan batal ngawinin gw! Hahaha!" Christie tergelak sesaat lalu bergaya lagi.
Kecantikan seorang wanita buat gw mungkin tampak dari hal-hal spontan atau tak terduga seperti saat ini. Betapa kami seolah kembali ke masa kanak-kanak lagi, tak sudi mengacuhkan aturan atau larangan.
"Bulan depan aku terbang ke Houston, rumah Mike.
Biasa, ngurusin persiapan nikah nanti." nada suara sang calon pengantin terdengar berat.
"Ohya tau ga, hari ini kan aku sengaja bolos kerja. Hahaha!" tawanya berderai lagi menghilangkan kekakuan.

Persis ketika kami cekikikan melihat hasil foto di LCD, masih di dalam ladies room, pintu tiba-tiba terkuak lebar dan terdengar nada teguran bersuara berat khas satpam!
Benar-benar pengalaman sehari bersama model yang gokil, asyik dan gak akan terlupakan...

Jangan lupa ngundang gw, Christie!
Juni nanti kamu dan Mike mengucap janji untuk saling menghangatkan bulu-bulu komitmen kalian di depan altar.

anw, u're rawks!!





4:00 PM -
 

Comments: Post a Comment